Lebih Cerdas, Waspadai Penipuan Transfer QRIS via WhatsApp dengan Modus Paket Salah Kirim

Lebih Cerdas, Waspadai Penipuan Transfer QRIS via WhatsApp dengan Modus Paket Salah Kirim

Penipuan Modus QRIS di WhatsApp yang Bisa Menguras Rekeningmu

Dalam beberapa waktu terakhir, maraknya kasus penipuan dengan modus scan QRIS melalui WhatsApp menarik perhatian masyarakat. Karena kejadian ini viral di media sosial, banyak orang mulai waspada terhadap modus penipuan yang kini semakin canggih.

Seorang korban mengungkapkan pengalamannya dalam sebuah video yang diunggah di media sosial. Dalam video tersebut, perempuan itu menceritakan bagaimana dirinya menjadi korban penipuan dan mengalami kerugian sebesar Rp 1.010.000. Ia mengatakan bahwa kejadian ini terjadi setelah ia berbelanja sampo seharga Rp 10.000 di aplikasi TikTok. Setelah itu, ada nomor WhatsApp yang mengaku dari pihak ekspedisi menghubunginya.

Pelaku menyampaikan bahwa paket atas nama korban salah kirim atau tertukar dengan pelanggan lain. Mereka juga mengirimkan nomor resi palsu dan meminta korban untuk melakukan refund. Dengan alasan tersebut, korban diminta untuk scan barcode QRIS yang disediakan oleh pelaku. Sebelum scan, korban diminta login ke akun mobile banking Mandiri miliknya terlebih dahulu.

Setelah berhasil masuk ke akun bank, korban scan barcode tersebut dan muncul nominal sebesar Rp 1.010.000. Saat ditanya apakah jumlah tersebut terlalu besar, pelaku menjawab tidak apa-apa dan menyuruh korban untuk mentransfer balik sebesar Rp 1.000.000. Namun, setelah itu, saldo korban ternyata langsung berkurang sebesar Rp 1.010.000.

Penjelasan Pakar tentang Modus Penipuan QRIS

Menurut Alfons Tanujaya, seorang ahli keamanan siber, penipuan ini menggunakan metode QRIS Transfer. Ia menjelaskan bahwa ada dua jenis QRIS, yaitu QRIS Bayar dan QRIS Transfer. Bedanya adalah pada QRIS Bayar, pengguna scan QRIS dari penjual, bisa QRIS statis (nominal bisa diatur) atau QRIS dinamis (nominal sudah tertera). Sementara QRIS Transfer, pengguna scan QRIS dari pengguna lain dan akun akan langsung ditarik dananya.

Modus penipuan ini dilakukan dengan membuat QRIS di mobile banking sendiri dengan nominal tertentu. Pelaku kemudian mengaku sebagai karyawan ekspedisi dan menghubungi korban untuk memberikan QRIS tersebut. Ketika korban scan, maka transfer akan otomatis dilakukan sesuai nominal yang telah ditentukan oleh pelaku.

Alfons juga menjelaskan bahwa pelaku bisa mendapatkan data korban dengan menyamar sebagai penjual di TikTok. Dengan menjual barang murah yang diminati masyarakat, mereka dapat mengumpulkan data seperti nomor WhatsApp. Korban yang membeli barang murah biasanya tidak curiga dan mudah percaya, sehingga rentan menjadi korban rekayasa sosial.

Tips untuk Mencegah Penipuan

Alfons mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati saat melakukan transaksi, terutama jika barang yang dibeli sangat murah. Jangan mudah percaya kepada siapa pun yang menghubungi dan meminta scan kode QR atau data pribadi. Selain itu, selalu periksa informasi yang muncul saat scan QRIS. Jika muncul pop-up yang menanyakan apakah kamu menerima atau membayar uang, pastikan kamu memahami artinya.

Rekayasa sosial sering kali digunakan untuk menipu orang-orang yang kurang waspada. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan setiap langkah dalam transaksi online. Jangan sampai kehilangan uang hanya karena kurang teliti. Dengan kesadaran dan kehati-hatian, kita bisa mencegah penipuan yang semakin canggih ini.