Orang yang Menyukai Musik Lawas Punya 7 Sifat Unik Ini, Menurut Psikologi

Featured Image

Zona Kreasi

Di tengah derasnya arus lagu-lagu baru yang muncul setiap minggu, ada kelompok pendengar musik yang justru merasa hatinya terpaut pada musik lawas. Entah itu lagu-lagu pop era 80-an, rock klasik, jazz kuno, atau bahkan dangdut dan keroncong tempo dulu — mereka merasa musik tersebut memiliki “jiwa” yang tidak tergantikan. Menurut psikologi, preferensi terhadap musik lawas bukan sekadar soal nostalgia, tapi juga berkaitan dengan kepribadian, cara berpikir, dan nilai-nilai hidup seseorang.

Berikut ini adalah tujuh sifat unik yang sering ditemukan pada orang yang lebih menyukai musik lawas daripada musik modern:

Memiliki Jiwa Nostalgia yang Kuat

Orang yang gemar musik lawas biasanya memiliki ikatan emosional dengan masa lalu. Psikologi menyebut ini sebagai “nostalgia proneness”, yaitu kecenderungan untuk mencari kenyamanan dari kenangan indah yang pernah dialami. Musik lama sering kali membawa mereka kembali ke momen tertentu — entah itu masa sekolah, masa muda, atau saat-saat bersama orang terkasih. Efek psikologisnya: Nostalgia dapat meningkatkan suasana hati, menurunkan stres, dan memberikan rasa identitas yang lebih kuat.

Menghargai Kualitas dan Detail

Musik lawas umumnya dikenal memiliki aransemen yang detail, lirik yang puitis, serta sentuhan instrumental yang lebih “alami” dibanding banyak lagu modern yang heavily processed. Penyuka musik lama sering kali memiliki “appreciation for craftsmanship” — mereka menghargai proses kreatif dan ketelitian dalam sebuah karya. Mereka tidak hanya mendengar lagu, tapi juga memperhatikan bassline, harmoni, teknik vokal, hingga pesan di balik liriknya.

Berpikiran Reflektif

Menurut penelitian psikologi musik, orang yang menyukai genre-genre “complex” seperti jazz, blues, atau klasik (yang banyak berasal dari era terdahulu) cenderung memiliki gaya berpikir reflektif dan introspektif. Mereka senang merenung, memaknai hidup, dan menghubungkan musik dengan pengalaman pribadi. Musik lama, yang sering kali memiliki kedalaman lirik dan narasi, menjadi media yang tepat untuk mengiringi proses refleksi tersebut.

Tidak Mudah Terbawa Tren

Penyuka musik lawas biasanya lebih mandiri dalam selera. Mereka tidak terlalu peduli apakah lagu yang mereka dengar sedang viral atau tidak. Dalam psikologi, sifat ini berkaitan dengan “low conformity tendency”, yaitu kecenderungan untuk tidak sekadar mengikuti arus sosial. Mereka memilih musik berdasarkan nilai artistik dan resonansi emosionalnya, bukan karena tekanan tren atau popularitas.

Memiliki Rasa Ingin Tahu Sejarah

Bagi sebagian orang, musik lawas bukan hanya hiburan, tapi juga pintu menuju sejarah budaya. Mereka suka menggali cerita di balik lagu, latar sosial-politik saat lagu itu lahir, hingga perjalanan karier musisi pada masa itu. Sifat ini menunjukkan adanya “historical curiosity”, minat untuk memahami konteks masa lalu yang membentuk karya seni.

Cenderung Lebih Romantis dan Sentimental

Lagu-lagu lama kerap menggunakan lirik yang penuh perasaan, bahasa yang manis, dan melodi yang menyentuh. Orang yang menyukai musik semacam ini biasanya lebih sentimental, mudah tersentuh oleh keindahan, dan memiliki empati yang tinggi. Psikologi menyebut bahwa preferensi terhadap musik yang emosional sering berkaitan dengan tingkat “emotional sensitivity” yang lebih tinggi.

Setia dan Konsisten dalam Selera

Jika mereka sudah menyukai satu era musik atau genre tertentu, selera itu cenderung bertahan seumur hidup. Ini terkait dengan trait kepribadian “loyalty”, di mana mereka menghargai stabilitas dan keajegan dalam hidup. Mereka tidak mudah bosan, dan justru menemukan kenyamanan dalam mendengarkan lagu-lagu yang sama berulang kali.

Penutup

Menyukai musik lawas bukan berarti menolak perkembangan musik modern. Justru, ini adalah bentuk kekayaan selera dan penghargaan terhadap sejarah musik itu sendiri. Dari kacamata psikologi, preferensi ini mencerminkan kepribadian yang reflektif, berjiwa nostalgia, dan memiliki apresiasi mendalam terhadap seni. Jadi, jika kamu termasuk orang yang lebih memilih memutar lagu-lagu lama ketimbang mengikuti playlist terbaru, itu bukan sekadar “selera jadul” — tapi juga tanda bahwa kamu memiliki karakter unik yang patut dibanggakan.