Penyelidikan Kecelakaan KA di Subang, 3 Dugaan Penyebab Terungkap

Featured Image

Jalur Kereta Api Utara Jawa Barat Kembali Beroperasi Pasca-Kecelakaan

Setelah mengalami kecelakaan yang menimpa kereta api di emplasemen Stasiun Pagadenbaru, Kabupaten Subang, jalur kereta api utara Jawa Barat kini telah berfungsi kembali. Meski penyebab pasti dari kejadian tersebut masih dalam proses penyelidikan, berbagai faktor yang diduga menjadi penyebabnya telah diungkap oleh pihak terkait.

Menurut Aditya Dwi Laksana, Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), anjloknya sarana perkeretaapian umumnya disebabkan oleh tiga faktor utama. Faktor pertama adalah prasarana, seperti malfungsi jalur rel atau peralatan wesel. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi sarana, misalnya rangka bawah dan roda kereta yang tidak dalam kondisi baik. Sementara itu, faktor ketiga adalah manusia, seperti melebihi batas kecepatan di titik-titik rawan.

Faktor Prasarana yang Menyebabkan Kecelakaan

Faktor prasarana dapat mencakup berbagai kondisi yang memengaruhi jalur rel. Contohnya adalah adanya rel yang melengkung akibat pemuaian akibat panas matahari atau penambat rel yang terlepas. Selain itu, kondisi rel yang tidak baik juga bisa menjadi penyebab. Untuk menghindari hal ini, diperlukan perawatan dan pemantauan yang lebih intensif, terutama pada musim kemarau untuk mendeteksi rel yang melengkung akibat panas dan di musim hujan tinggi untuk memantau titik-titik rawan bencana.

Aditya menambahkan bahwa jika kecelakaan disebabkan oleh faktor prasarana, maka perlu dilakukan peningkatan pengawasan dan perbaikan terhadap prasarana tersebut. Namun, ia menyatakan bahwa kemungkinan besar faktor sarana bukanlah penyebab utamanya karena kereta yang terlibat dalam kejadian ini masih dalam kondisi baru.

Peran Faktor Manusia dalam Kecelakaan

Dalam kasus kecelakaan ini, faktor manusia juga turut dipertimbangkan. Misalnya, kecepatan kereta yang melebihi batas di titik-titik tertentu bisa menjadi penyebab anjloknya kereta. Untuk mencegah hal ini, diperlukan upaya meningkatkan kedisiplinan dan kompetensi awak kereta api agar kejadian serupa tidak terulang.

Selain itu, Aditya menyoroti pentingnya waspada terhadap risiko tabrakan antar kereta api. Ia menjelaskan bahwa di jalur ganda, kemungkinan terjadinya tabrakan sangat tinggi, meskipun kasus ini agak berbeda karena terjadi di emplasemen stasiun.

Proses Evakuasi dan Pemulihan Jalur

Proses evakuasi rangkaian kereta dan perbaikan jalur berlangsung selama beberapa jam, mulai dari pukul 23.50 hingga 7.07 pagi. PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyatakan bahwa jalur kereta api melalui Peganden Baru sudah dapat dilalui kembali dengan kecepatan rendah.

Perjalanan kereta pertama yang melintasi jalur tersebut adalah KA Argo Lawu (KA 14) dengan rute Gambir-Solo Balapan, yang berhasil berangkat pada pukul 10:57 WIB dengan kecepatan terbatas sebesar 10 kilometer per jam.

Dampak Terhadap Jadwal Kereta Api

Kecelakaan ini juga berdampak pada jadwal perjalanan kereta api di Jakarta dan wilayah lainnya. Sebanyak 21 perjalanan keberangkatan dan 26 perjalanan kedatangan dibatalkan di Jakarta. Di wilayah Daop 2 Bandung, lima perjalanan juga dibatalkan. Selain itu, ada 41 perjalanan kereta yang memutar melalui lintas Kroya-Bandung-Cikampek sejak kejadian tersebut.

PT KAI menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami para pelanggan. Pelanggan yang terdampak dapat melakukan pembatalan dengan pengembalian bea 100% melalui loket di stasiun keberangkatan.