Perbedaan Cheetah Asia dan Afrika

Perbedaan Cheetah Afrika dan Cheetah Asia
Cheetah (Acinonyx jubatus) adalah salah satu hewan yang dikenal sebagai kucing liar tercepat di dunia. Meskipun secara umum kita mengenal cheetah sebagai hewan yang tinggal di Afrika, ternyata ada juga subspesies cheetah yang hidup di Asia. Kedua subspesies ini memiliki perbedaan signifikan dalam berbagai aspek seperti persebaran, ukuran, pilihan mangsa, kecepatan lari, dan status konservasi.
Persebaran dan Habitat
Persebaran cheetah sangat berbeda antara yang tinggal di Afrika dan Asia. Di Afrika, terdapat empat subspesies cheetah yang tersebar di berbagai wilayah. Subspesies pertama, cheetah Afrika Barat atau Sahara (Acinonyx jubatus hecki), tinggal di kawasan Sahara dan Sahel. Subspesies kedua, cheetah Afrika Timur Laut (Acinonyx jubatus soemmeringii), dapat ditemukan di Djibouti, Somalia, Sudan, dan Ethiopia. Subspesies ketiga, cheetah Afrika Timur (Acinonyx jubatus raineyii), tinggal di sekitar Somalia, Tanzania, Kenya, dan Uganda. Terakhir, cheetah Afrika Tenggara (Acinonyx jubatus jubatus) banyak ditemukan di Afrika Selatan, Namibia, dan Botswana.
Di sisi lain, cheetah Asia hanya tersisa di Iran. Dulu, mereka tersebar luas di Asia Barat, Timur Tengah, Asia Tengah, dan Asia Selatan. Negara-negara seperti India, Pakistan, Afghanistan, Irak, serta seluruh negara di Timur Tengah dulunya menjadi habitat cheetah Asia. Namun, seiring waktu, cheetah Asia telah hilang dari sebagian besar wilayah tersebut, dan kini hanya tersisa di Iran.
Mengenai habitat, cheetah Afrika lebih suka tinggal di padang rumput, sabana, semak belukar, dan tepian hutan. Sementara itu, cheetah Asia cenderung tinggal di gurun, semigurun, atau semak belukar yang kering.
Ukuran dan Ciri Fisik
Secara fisik, cheetah Afrika sedikit lebih besar dibandingkan cheetah Asia. Cheetah Afrika memiliki panjang tubuh 121—150 cm, ekor 76 cm, dan bobot 50—70 kg. Sementara itu, cheetah Asia memiliki panjang tubuh 112—135 cm, ekor 66—84 cm, dan bobot 34—54 kg.
Selain ukuran, terdapat perbedaan pada rambut dan pola totol. Rambut cheetah Afrika lebih tipis dengan warna cokelat cerah atau cokelat keemasan. Totolnya juga lebih besar dan banyak, terutama di area wajah. Sementara itu, rambut cheetah Asia lebih tebal dengan warna kuning keemasan seperti pasir dan totol hitam yang lebih sedikit dan kecil.
Pilihan Mangsa
Kehidupan di habitat yang berbeda membuat pilihan mangsa cheetah Afrika dan Asia berbeda. Cheetah Afrika biasanya menangkap antelop berukuran sedang, nyumbu (wildebeest), dan berbagai jenis ungulata maupun mamalia kecil. Sementara itu, cheetah Asia lebih sering memburu kelinci liar, domba dan kambing liar, gazel ekor hitam, onager (sejenis keledai liar), serta berbagai mamalia kecil lainnya.
Meskipun memiliki pilihan mangsa yang berbeda, baik cheetah Afrika maupun Asia sama-sama mengandalkan kecepatan untuk berburu. Namun, cheetah Asia lebih unggul dalam menjaga keseimbangan ekosistem karena mereka merupakan predator utama di habitat alami mereka.
Kecepatan Lari
Cheetah dikenal sebagai hewan darat tercepat di dunia. Cheetah Afrika mampu mencapai kecepatan maksimal sekitar 112—120 km per jam. Sementara itu, kecepatan cheetah Asia belum sepenuhnya diketahui karena kondisi habitat yang tidak ideal. Wilayah tempat tinggal cheetah Asia terdiri dari pasir dan batuan, sehingga sulit untuk mengoptimalkan kecepatan lari. Selain itu, kesulitan dalam mengumpulkan data juga menjadi alasan mengapa kecepatan lari cheetah Asia belum tercatat secara resmi.
Status Konservasi
Secara umum, cheetah termasuk dalam kategori rentan punah (Vulnerable) dalam daftar IUCN Red List. Populasi cheetah di Afrika dan Asia sangat berkurang. Saat ini, jumlah total cheetah di dunia hanya sekitar 7 ribu individu. Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah cheetah Afrika, yang diperkirakan berjumlah sekitar 6.500 individu.
Sementara itu, cheetah Asia jauh lebih terancam punah. Populasi cheetah Asia diperkirakan hanya tersisa kurang dari 50 individu. Berdasarkan sensus yang dilakukan pemerintah Iran, hanya ada 12 individu yang berhasil terdata, dengan proporsi 9 jantan dan 3 betina.
Hancurnya populasi cheetah disebabkan oleh perburuan besar-besaran dan penggundulan hutan yang merusak habitat alami mereka. Tanpa upaya konservasi yang serius, cheetah Asia berisiko punah dalam 1—2 dekade mendatang. Oleh karena itu, perlindungan dan sosialisasi kepada masyarakat sangat penting untuk menjaga keberlanjutan spesies ini.