Perbedaan Reksa Dana Saham dan Obligasi: Pilihan Aman dan Menguntungkan untuk Pemula?

Perbedaan Reksadana Saham dan Obligasi yang Perlu Diketahui
Reksadana menjadi salah satu pilihan investasi yang populer, terutama bagi pemula. Namun, banyak yang masih bingung membedakan antara reksadana saham dan obligasi. Keduanya memiliki karakteristik, risiko, dan potensi keuntungan yang berbeda. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap perbedaan tersebut agar kamu bisa membuat keputusan investasi yang tepat.
Apa Itu Reksadana Saham?
Reksadana saham adalah jenis reksadana di mana minimal 80% dari dana kelolaannya diinvestasikan ke saham-saham di Bursa Efek Indonesia. Artinya, kinerjanya sangat bergantung pada naik-turunnya harga saham. Reksadana saham cocok untuk investor dengan profil risiko tinggi dan jangka waktu investasi lebih dari 5 tahun.
Rata-rata return tahunan reksadana saham berkisar antara 8–15%, namun bisa turun drastis saat pasar sedang bearish. Contohnya, dalam lima tahun terakhir, reksadana saham seperti BNI-AM Inspiring Equity Fund tumbuh sebesar 62%, tetapi turun 20% selama masa pandemi.
Apa Itu Reksadana Obligasi?
Reksadana obligasi atau reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang mengalokasikan minimal 80% dananya ke surat utang seperti obligasi negara atau korporasi. Risiko fluktuasinya lebih rendah dibandingkan reksadana saham.
Return tahunan rata-rata reksadana obligasi berkisar antara 6–9% dengan volatilitas yang rendah. Contohnya, reksadana Mandiri Investa Dana Obligasi hanya turun 2% saat pandemi, tetapi tetap tumbuh stabil setiap tahun.
Perbedaan Utama Antara Reksadana Saham dan Obligasi
Berikut perbedaan utama dalam bentuk tabel:
| Aspek | Reksadana Saham | Reksadana Obligasi | |--------------------|---------------------------|----------------------------| | Instrumen | Saham (80% atau lebih) | Obligasi (80% atau lebih) | | Risiko | Tinggi | Sedang–Rendah | | Potensi Return | Tinggi (8–15% per tahun) | Sedang (6–9% per tahun) | | Jangka Waktu Ideal | >5 tahun | 1–3 tahun | | Tujuan | Pertumbuhan modal | Pendapatan tetap/stabilitas| | Cocok untuk | Investor agresif | Investor konservatif/moderat|
Reksadana Mana yang Lebih Cocok untuk Pemula?
Untuk pemula, reksadana obligasi lebih aman karena risikonya lebih rendah. Cocok untuk belajar memahami mekanisme pasar dan mengelola emosi investasi. Namun, jika pemula memiliki horizon waktu panjang dan siap menghadapi volatilitas, reksadana saham bisa menjadi pilihan untuk mengejar pertumbuhan modal jangka panjang.
Studi dari CFA Institute menyarankan pemula memulai dari obligasi dan diversifikasi bertahap ke saham saat sudah memahami risiko pasar.
Apa Risiko dari Reksadana Saham dan Obligasi?
Reksadana saham memiliki risiko pasar tertinggi. Bisa rugi besar dalam jangka pendek. Misalnya, saat IHSG turun 25% pada Maret 2020, mayoritas reksadana saham ikut anjlok.
Reksadana obligasi berisiko gagal bayar (default) dari penerbit obligasi dan risiko suku bunga. Saat suku bunga naik, harga obligasi bisa turun. Data Bloomberg menunjukkan bahwa perubahan suku bunga acuan BI 7DRR dari 3,5% ke 6,25% pada 2022–2023 menekan harga reksadana obligasi jangka panjang hingga 3%.
Apakah Bisa Investasi di Keduanya Sekaligus?
Ya, dan malah disarankan. Prinsip diversifikasi menyarankan investor membagi portofolio antara reksadana saham dan obligasi untuk menyeimbangkan risiko dan return.
Contoh alokasi: - 70% reksadana obligasi + 30% saham → cocok untuk pemula konservatif. - 50:50 → untuk pemula moderat. - 30% obligasi + 70% saham → untuk pemula agresif.
Bagaimana Cara Memilih Produk Reksadana yang Bagus?
Beberapa indikator penting yang perlu diperhatikan: - Manajer Investasi: Pilih yang sudah berlisensi OJK, seperti Schroders, Manulife, Mandiri Investasi. - Track Record: Cek performa 1, 3, dan 5 tahunnya. - AUM (Asset Under Management): AUM besar > Rp100 miliar menandakan kepercayaan investor. - Biaya: Perhatikan fee pembelian, penjualan, dan pengelolaan. - Rating: Cek Morningstar atau Infovesta.
Apa Platform Terbaik untuk Beli Reksadana Online?
Platform yang direkomendasikan dan sudah berizin: - Bibit: Cocok pemula, fitur robo advisor. - Bareksa: Lebih lengkap, fitur komparasi kinerja. - Ajaib: Terkoneksi dengan saham. - Pluang: Investasi multi-aset. - IPOT: Cocok untuk investor menengah-advanced.
Kapan Waktu Terbaik Membeli Reksadana Saham dan Obligasi?
- Reksadana Saham: Saat pasar sedang turun (bearish) tapi ekonomi fundamental tetap kuat.
- Reksadana Obligasi: Saat suku bunga tinggi dan akan turun (karena harga obligasi akan naik).
Data dari Lembaga Riset Panin Asset Management menunjukkan reksadana obligasi cenderung naik hingga 6% saat suku bunga turun 100 basis poin.
Mana yang Lebih Baik, Reksadana Saham atau Obligasi?
Jawabannya tergantung profil risiko dan tujuan investasi. Reksadana saham memberikan potensi imbal hasil tinggi, cocok untuk jangka panjang dan investor agresif. Sedangkan reksadana obligasi lebih stabil dan aman, cocok untuk pemula konservatif atau jangka pendek.