Pesan Indonesia untuk Masa Depan AIIB

Peran AIIB dalam Pembangunan Global dan Tantangan Masa Depan
Selama satu dekade berdiri, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) telah berkembang menjadi salah satu pilar penting dalam lanskap keuangan pembangunan global. Jumlah anggotanya meningkat dari 57 menjadi 110 negara, dengan portofolio pembiayaan yang melampaui 315 proyek senilai lebih dari US$60 miliar. Namun, momentum peringatan 10 tahun ini bukan sekadar untuk merayakan kesuksesan. Bagi Indonesia, ini adalah saat yang tepat bagi AIIB untuk melakukan refleksi mendalam tentang apakah bank sudah benar-benar memenuhi ekspektasi para anggotanya; dan apakah AIIB sudah cukup adaptif dalam menghadapi berbagai gejolak global.
Pertanyaan paling pentingnya adalah apakah AIIB telah siap menghadapi tantangan 10 tahun ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti. Dalam agenda Governor’s Business Roundtable di AIIB Annual Meeting 2025, Indonesia mengajukan serangkaian pertanyaan mendasar yang diharapkan dapat mendorong AIIB melakukan evaluasi strategis. Visi AIIB untuk menjadi 21st century development solution provider dianggap menginspirasi, tetapi Indonesia menantang AIIB untuk melihat jauh ke depan: bagaimana visi itu akan dieksekusi dan berevolusi dalam 15-20 tahun mendatang, ketika dunia dihadapkan pada fragmentasi geopolitik, disrupsi teknologi, dan krisis iklim yang semakin kritis?
Menghadapi masa depan yang tidak pasti, AIIB didorong untuk merefleksikan perjalanannya guna menghasilkan aksi nyata ke depan. Indonesia mengajak AIIB untuk menjawab secara konkret bagaimana teknologi –khususnya kecerdasan buatan (AI)—tidak menjadi pemicu kesenjangan digital, melainkan menjadi alat pemberdayaan yang merata.
Kesenjangan Pembiayaan SDGs dan Peran AIIB
Indonesia menyoroti kesenjangan pembiayaan SDGs yang mencapai US$4 triliun per tahun. AIIB didorong agar siap mengambil peran dalam situasi tersebut dan menjadi pemimpin global dalam memobilisasi modal swasta secara masif. Mobilisasi ini termasuk di pasar yang memiliki risiko tinggi dan di negara berpendapatan rendah, tanpa menggeser investasi domestik.
Dorongan ini menuntut AIIB untuk bergerak melampaui pembiayaan co-financing yang selama ini dilakukan. Kemudian, mengambil peran lebih aktif dalam market-making, menyediakan jaminan, pembiayaan mata uang lokal, pembiayaan campuran (blended finance), dan instrumen inovatif lainnya.
Di kesempatan yang sama, Indonesia juga meminta AIIB untuk tetap menjadi penjaga konektivitas di tengah fragmentasi global. Pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana AIIB akan terus mempromosikan regionalisme terbuka dan infrastruktur lintas batas di saat banyak negara mulai menarik diri dari kerja sama internasional.
Keberlanjutan dan Ketahanan sebagai Tolok Ukur Keberhasilan
Selain itu, ditelisik pula bagaimana AIIB akan memastikan keberlanjutan, keadilan, dan ketahanan sebagai tolok ukur keberhasilan, melampaui indikator tradisional seperti volume pencairan atau jumlah proyek.
Terkait perluasan kapasitas pembiayaan, Indonesia menilai target AIIB untuk mencapai persetujuan pembiayaan tahunan sebesar US$15 miliar sebelum 2030 adalah ambisius, tetapi realistis jika disertai langkah konkret. Pesan Indonesia, AIIB harus memperluas pipeline proyek, memperkuat kesiapan proyek, serta mengelola risiko di lingkungan yang lebih sulit tanpa mengorbankan kualitas dan keberlanjutan finansial.
Indonesia sebagai Mitra Strategis AIIB
Tidak hanya mengajukan pertanyaan, Indonesia juga menawarkan diri untuk menjadi bagian dari solusi bagi AIIB. Indonesia mendorong AIIB untuk segera memperluas model keterlibatan negara (country programming) dan membuka kantor regional di negara berkembang seperti Indonesia.
Bagi Indonesia, keberadaan kantor AIIB di Jakarta atau kota strategis lain di ASEAN bukan sekadar simbol kehadiran, tetapi menjadi game changer dalam meningkatkan responsivitas, mempersiapkan proyek secara lebih matang, dan meningkatkan efektivitas implementasi. Langkah ini dinilai akan memperkuat peran Indonesia sebagai pusat keuangan pembangunan di kawasan dan memfasilitasi pipeline proyek infrastruktur yang lebih berkualitas dan berdampak.
Menjaga Keterjangkauan dan Optimalisasi Neraca AIIB
Dalam situasi global dengan suku bunga tinggi yang berkepanjangan (higher for longer), Indonesia juga mengingatkan pentingnya menjaga keterjangkauan pembiayaan AIIB. Indonesia juga mendorong bank untuk meninjau kembali pendekatan pricing-nya, menawarkan suku bunga yang lebih kompetitif dibandingkan MDB lainnya, serta memperkuat strategi inovasi keuangan agar biaya pembiayaan bagi negara berkembang tetap terjangkau.
Di sisi lain, Indonesia juga menekankan pentingnya optimalisasi neraca AIIB sesuai rekomendasi G20 Capital Adequacy Framework (CAF). Indonesia mendorong AIIB untuk lebih berani dalam mengonversi modal yang idle menjadi aset produktif yang selaras dengan misinya. Strategi diversifikasi portofolio, pemanfaatan callable capital yang bijak, serta ekspansi ke instrumen treasury berkelanjutan seperti green bonds menjadi langkah penting untuk memperluas ruang pembiayaan tanpa mengorbankan kredibilitas keuangan Bank.
Nilai ‘Lean’ dan Keseimbangan Risiko
AIIB juga didorong untuk tetap menjaga nilai ‘Lean’–yang merepresentasikan efisiensi, ketangkasan, dan pengambilan keputusan yang lincah–sebagai bagian dari nilai inti AIIB yaitu Lean, Clean, and Green, di tengah rencana ekspansi operasional dan pembukaan kantor regional di berbagai negara anggota.
Di samping itu, Indonesia juga menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan risiko dan akses, dimana AIIB harus memastikan bahwa pembiayaan tidak terkonsentrasi pada beberapa negara besar, melainkan terdistribusi secara adil di antara 110 anggota.
AIIB sebagai Pemimpin Pemikiran Global
Bagi Indonesia, AIIB harus meningkatkan daya saingnya tidak hanya sebagai pemberi pinjaman, tetapi juga sebagai pemimpin pemikiran (thought leader) yang mampu membentuk diskursus pembangunan regional dan global. AIIB perlu menguatkan convening power agar dapat memainkan peran sebagai platform dialog pembangunan yang inklusif, progresif, dan strategis.
Dalam konteks konektivitas di Asia, Indonesia menantikan strategi konkret dari AIIB untuk mengatasi hambatan infrastruktur lintas batas, baik fisik maupun non-fisik, khususnya di kawasan yang kompleks seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan. Indonesia berharap AIIB dapat berperan lebih besar dalam membangun ekosistem konektivitas yang memfasilitasi perdagangan, investasi, dan pertumbuhan bersama di Asia.
Bagi Indonesia, AIIB telah membuktikan diri sebagai mitra pembangunan yang kredibel selama satu dekade terakhir. Namun, perjalanan ke depan menuntut AIIB untuk menjadi lebih berani, lebih inklusif, dan lebih proaktif. Indonesia ingin melihat AIIB bukan hanya sebagai institusi yang membiayai proyek, tetapi sebagai institusi yang membentuk masa depan pembangunan –masa depan yang hijau, adil, dan terkoneksi.
Dengan komitmen yang kuat untuk terus mendukung AIIB, Indonesia berharap bahwa hubungan ini akan semakin erat. Bahwa AIIB akan hadir lebih dekat di kawasan, dan masa depan AIIB akan semakin relevan bagi seluruh anggotanya. Ini adalah pesan Indonesia untuk AIIB. Melangkah bersama, membangun tidak hanya infrastruktur, tetapi juga kepercayaan, harapan, dan kemajuan yang berkelanjutan.