Tarif AS Mulai Berlaku, RI Masih Negosiasi Tekstil dan Furnitur Bisa 0%

Featured Image

Negosiasi Dagang dengan AS Masih Berlangsung, Pemerintah Usulkan Tarif 0% untuk Beberapa Komoditas Unggulan

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko B. Witjaksono menyampaikan bahwa negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih berlangsung meskipun tarif impor sebesar 19% akan mulai berlaku pekan ini. Dalam upaya menjaga hubungan perdagangan yang baik, pemerintah telah mengajukan beberapa komoditas unggulan Indonesia untuk mendapatkan tarif impor 0%.

Komoditas-komoditas tersebut meliputi barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh konsumen di AS namun tidak diproduksi secara lokal. Contohnya adalah tekstil, garmen, alas kaki, elektronik, furnitur, perikanan, serta produk hasil akuakultur. Menurut Djatmiko, pengajuan ini dilakukan agar Indonesia tetap bisa mempertahankan daya saing di pasar internasional.

  • Daftar komoditas yang diajukan:
  • Tekstil
  • Garmen
  • Alas kaki
  • Elektronik
  • Furnitur
  • Perikanan
  • Produk hasil akuakultur

Djatmiko menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah telah membuka keran impor bagi produk-produk dari Uni Eropa melalui Inisiatif Ekonomi UE-CEPA (European Union-Comprehensive Economic and Trade Agreement). Meski terdengar seperti langkah yang merugikan sektor manufaktur dalam negeri, Djatmiko justru meyakini bahwa hal ini akan meningkatkan performa industri nasional.

Menurutnya, impor dari Uni Eropa akan meningkatkan akses ke mesin berteknologi tinggi asal Jerman dan Prancis. Barang-barang ini akan digunakan untuk meningkatkan efisiensi pabrik-pabrik di dalam negeri. Selain itu, Djatmiko juga menyoroti peningkatan impor alat kesehatan berteknologi tinggi dari Eropa yang akan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.

  • Keuntungan dari impor dari Uni Eropa:
  • Akses ke mesin berteknologi tinggi
  • Peningkatan efisiensi pabrik
  • Peningkatan kualitas layanan kesehatan

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal II-2025

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 akan tetap solid meskipun ada ketidakpastian global akibat perang dagang dan tensi geopolitik. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,76 persen year on year (yoy), sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan sebesar 4,87 persen pada kuartal I-2025.

Secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tumbuh sebesar 3,68 persen quartal on quartal (qoq), yang menunjukkan pola rebound setelah liburan Idul Fitri. Pola ini didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas produksi yang membaik.

Proyeksi pertumbuhan ini akan didukung oleh beberapa faktor utama, antara lain:

  • Peningkatan investasi: Investasi (PMTB) tumbuh 3,71 persen yoy, didorong oleh pemulihan sektor konstruksi dan real estate.
  • Pemulihan belanja pemerintah: Belanja pemerintah tumbuh positif sebesar 1,78 persen yoy karena percepatan realisasi anggaran APBN.
  • Kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara: Wisatawan asing yang meningkat akan mendukung ekspor jasa, khususnya sektor pariwisata.

Beberapa sektor yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi antara lain:

  • Sektor konstruksi dan properti: Tumbuh 3,71 persen yoy, didukung oleh peningkatan konsumsi semen.
  • Sektor ritel: Penjualan eceran pada Juni 2025 tumbuh 2,0 persen yoy.
  • Konsumsi barang tahan lama: Seperti otomotif dan elektronik, cenderung meningkat.

Namun, Djatmiko juga menyampaikan bahwa sektor industri manufaktur masih menghadapi tekanan. Indeks PMI manufaktur Juli 2025 berada di level 49,2, meskipun meningkat dari bulan sebelumnya yang berada di level 46,9. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini masih berada di zona kontraksi.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal II-2025 pada Selasa, 5 Agustus 2025.