Tips Efektif Mengelola Keuangan Keluarga Baru

Pengalaman Mengelola Keuangan Keluarga Selama 30 Tahun Pernikahan
Berada di tengah perjalanan pernikahan yang telah memasuki tahun ke-30, momen spesial seperti Ruby Wedding Anniversary menjadi momen yang sangat berharga. Dari masa lalu yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, kini kami bisa melihat bagaimana segala sesuatu berjalan dengan baik hingga saat ini.
Kami menikah pada usia yang sudah menginjak kepala tiga. Karena sama-sama sebagai anak pertama dalam keluarga, tanggung jawab besar harus diemban terutama untuk adik-adik yang masih menuntut ilmu dan belum memiliki keluarga sendiri. Meski begitu, semua anggota keluarga merasa bersyukur karena akhirnya jodoh yang diharapkan hadir dalam kehidupan kami.
Uniknya, pernikahan kami terlambat karena sebelumnya pernah mengalami kegagalan dalam hubungan cinta. Kami sama-sama pernah dikecewakan, namun hal itu justru membuat kami lebih matang dalam menjalani kehidupan pernikahan. Menikah pada usia 30 tahun memberi manfaat tersendiri, yaitu kesiapan mental dan kemampuan berpikir dewasa serta bertindak bijaksana.
Pada masa itu, kami juga sudah bekerja, sehingga memiliki modal awal penting dalam menjalani pernikahan. Bahkan sebelum menikah, kami berhasil menyepakati untuk membeli rumah melalui cicilan bank. Sementara istri membayar uang muka, saya mengurus cicilan bulanan. Ini menjadi awal yang baik dalam pengelolaan keuangan rumah tangga.
Kunci utama dalam pengelolaan keuangan adalah saling terbuka dan tidak egois. Banyak pasangan baru mungkin merasa sulit dalam hal ini, tetapi dengan niat yang baik, semuanya bisa diselaraskan. Alhamdulillah, sampai saat ini kami bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik.
Meskipun kedua anak kami sudah mandiri, manajemen keuangan tetap dilakukan seperti biasa. Hanya saja, budget yang digunakan sedikit lebih terbatas karena kami sudah pensiun. Berikut beberapa tips yang kami terapkan selama ini:
- Setelah menikah, keuangan keluarga sepenuhnya diserahkan kepada istri sebagai bendahara.
- Semua pengeluaran seperti cicilan rumah, belanja harian, gaji asisten rumah tangga, biaya sekolah, uang jajan anak-anak, dan dana darurat dikelola oleh istri.
- Untuk uang jajan suami, tidak banyak karena suami tidak sering jajan dan sudah tidak merokok sejak sebelum menikah.
- Sebagai anak tertua, kami memiliki enam adik. Untuk membantu adik-adik yang masih sekolah, kami sepakat secara terbuka tentang nominal bantuan studi. Istri memberikan bantuan kepada adik-adik suami, sementara suami memberikan bantuan kepada adik-adik istri.
- Dana yang tersisa setiap bulan dimasukkan ke rekening tabungan terpisah. Dana tersebut juga digunakan sebagai dana taktis.
- Rekening ini juga digunakan untuk menyimpan pendapatan tambahan dari kegiatan luar gaji seperti honor pelatihan, penelitian, bonus, atau artikel yang terbit.
- Dana taktis juga digunakan untuk investasi seperti tanah dan deposito yang saat itu menawarkan produk menarik.
Dengan pengelolaan keuangan yang sederhana namun terstruktur, kami berhasil menjalani kehidupan pernikahan dengan lancar. Intinya adalah keterbukaan antara suami dan istri dalam menghadapi kepentingan bersama. Dengan mengesampingkan ego, keberhasilan dalam menjalani kehidupan rumah tangga bisa diraih.
Artikel ini hanya berbagi pengalaman pribadi. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.