VOC dan Gaya Asuh Otoriter: Kapan Waktu yang Tepat?

Featured Image

Pengertian Parenting VOC dan Cara Menggunakannya dengan Tepat

Parenting VOC, atau gaya asuh otoriter, dikenal dengan ciri-ciri disiplin ketat, aturan tegas, dan hukuman jelas. Meski sering dianggap kuno, sebagian orangtua masih menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kapan waktu yang tepat untuk menggunakan metode ini?

Menurut psikolog klinis Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi., gaya asuh ini tidak sepenuhnya salah, tetapi harus diterapkan secara tepat dan sesuai situasi. “Memang ada waktu-waktu yang tepat parenting ini dilakukan, bila memang butuh kedisiplinan dan ada aturan jelas,” ujarnya.

Efektif Ketika Disiplin yang Konsisten Dibutuhkan

Adelia menjelaskan bahwa parenting VOC bisa efektif ketika anak membutuhkan pembiasaan disiplin yang konsisten. Misalnya, saat membangun rutinitas pagi sebelum berangkat sekolah. Contohnya adalah menerapkan bangun pagi karena akan sekolah, berangkat ke sekolah tepat waktu karena ada hukuman kalau terlambat, mengerjakan PR (pekerjaan rumah), dan dikoreksi kembali.

Pendekatan ini dinilai membantu anak memahami konsekuensi dari setiap tindakan. Anak menjadi terbiasa mematuhi jadwal, memahami tanggung jawab, dan tidak menunda-nunda pekerjaan. Namun, ia mengingatkan bahwa kedisiplinan harus dibangun dengan tujuan positif, bukan sekadar membuat anak takut akan hukuman.

Gaya Parenting VOC, Masihkah Relevan di Zaman Sekarang?

Meski bisa bermanfaat dalam beberapa kondisi, Adelia menilai bahwa secara umum gaya asuh VOC kurang efektif di era modern. Alasannya, metode ini cenderung mengabaikan aspek emosional yang positif dalam hubungan orangtua dan anak.

Anak tetap membutuhkan apresiasi, rasa aman, dan dukungan emosional untuk tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu bersosialisasi dengan baik. Jika unsur ini diabaikan, anak berisiko merasa tertekan dan kesulitan mengekspresikan perasaannya.

Ia juga mengingatkan bahwa sifat kaku dan keras dalam parenting VOC bisa memengaruhi kondisi psikologis anak. Dalam parenting VOC, semuanya bersifat kaku dan keras sehingga terkesan menekan anak yang menghadapi. Tekanan seperti ini berpotensi membuat anak merasa terkekang, kehilangan motivasi intrinsik, atau bahkan melakukan perlawanan diam-diam. Hal ini tentu berlawanan dengan tujuan pendidikan anak yang sehat dan seimbang.

Parenting VOC Perlu Disesuaikan dengan Karakter Anak

Psikolog yang berpraktik di Bandung, Jawa Barat, ini menekankan bahwa pola pengasuhan ini sangat subyektif. Sebab, keberhasilannya bergantung pada karakter dan kebutuhan anak.

Anak yang terbiasa dengan struktur dan aturan mungkin akan lebih mudah beradaptasi dengan parenting VOC. Akan tetapi, bagi anak yang cenderung sensitif atau memiliki kebutuhan emosional tinggi, pendekatan ini bisa menimbulkan tekanan yang berlebihan. Oleh karena itu, orangtua perlu memahami kepribadian anak terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menerapkan metode asuh yang kaku dan penuh aturan.

Pentingnya Menjaga Keseimbangan dalam Parenting

Meskipun parenting VOC dapat menjadi pilihan pada waktu-waktu tertentu yang menuntut disiplin dan kepatuhan pada aturan, penggunaannya harus bijak, disesuaikan dengan karakter anak, dan tetap disertai sentuhan emosi positif. Orangtua perlu mengombinasikannya dengan metode pengasuhan yang lebih hangat dan komunikatif agar anak tumbuh menjadi pribadi yang disiplin sekaligus bahagia.

Ciri-Ciri Parenting VOC Menurut Psikolog

Beberapa ciri-ciri parenting VOC antara lain:
Aturan yang sangat ketat dan tidak fleksibel
Hukuman yang jelas dan konsisten
Keterlibatan orang tua yang sangat besar dalam keputusan anak
Sedikit ruang untuk ekspresi diri anak
* Fokus utama pada ketaatan daripada pemahaman emosional

Dengan memahami ciri-ciri tersebut, orangtua dapat lebih waspada dalam menerapkan gaya asuh ini. Setiap anak unik, dan cara mendidiknya pun perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kepribadian masing-masing.