Waspada Perang E-Wallet!

Perang Dompet Digital yang Menggemparkan Dunia
Perang dompet digital atau e-wallet war kini sedang memanas. Dari hari ke hari, bulan ke bulan, bahkan bisa jadi tahun ke tahun, situasi ini bisa semakin rumit. Jika tidak segera diatasi, bisa saja terjadi perubahan besar dalam sistem pembayaran global.
Siapa yang Memicu Perang Ini?
Pemicu utama dari konflik ini adalah Amerika Serikat. Negara adidaya ini dipimpin oleh seorang mantan pengusaha, yaitu Donald Trump. Di sisi lain, Indonesia juga dipimpin oleh seorang tokoh bisnis, yaitu Prabowo Subianto. Karena itu, kedua negara saling berupaya mencari solusi yang saling menguntungkan.
Perang ini dimulai ketika Amerika menolak sistem pembayaran QRIS. Alasannya adalah karena sistem ini dinilai menghambat perusahaan-perusahaan pembayaran asal Amerika seperti Visa dan Mastercard. Jika QRIS berkembang menjadi sistem pembayaran internasional, maka perusahaan-perusahaan tersebut akan kesulitan mendapatkan keuntungan dari transaksi-transaksi yang dilakukan.
Apa Itu QRIS?
QRIS (Quick Response Indonesian Standard) adalah metode pembayaran yang dikembangkan oleh Bank Indonesia. Sistem ini sangat praktis untuk kehidupan sehari-hari yang semakin digital. Mulai dari belanja barang, bayar parkir, hingga jajan di pinggir jalan, semua bisa dilakukan dengan QRIS.
Saya sendiri pertama kali menggunakan QRIS saat makan sate di komplek perumahan. Saat itu saya ingin membayar dengan kartu debit, tetapi ATM agak jauh. Tukang sate memberi tahu bahwa bisa menggunakan QRIS. Awalnya saya merasa gaptek, tetapi setelah diajarkan, saya mulai terbiasa.
Kelebihan QRIS dibanding Kartu Debit
Dalam hal waktu, transaksi menggunakan QRIS lebih cepat dibandingkan kartu debit. Berdasarkan studi yang saya lakukan:
- Kartu Debit: 1–2 menit
- QRIS: 20 detik
Perbedaan ini sangat signifikan, terutama jika ada antrian panjang. Para pelanggan, terutama ibu-ibu, pasti akan merasa nyaman dengan proses yang lebih cepat.
Biaya Transaksi yang Lebih Murah
Dari segi biaya, QRIS juga lebih murah dibandingkan kartu-kartu dari Amerika seperti Visa atau Mastercard.
- Kartu: 1,75%
- QRIS: 0,3% – 0,7% (tergantung jenis usaha)
Tidak heran jika Amerika menolak QRIS. Karena biaya transaksi yang lebih rendah membuat perusahaan-perusahaan Amerika tidak lagi mendapat keuntungan dari transaksi ini. Bahkan, kita bisa bertanya, apakah perusahaan asing benar-benar layak mendapat komisi hanya karena kita membeli sate di pinggir jalan?
QRIS Menyebar ke Negara Lain
Saat ini, QRIS sudah menyebar ke negara-negara ASEAN dan akan digunakan secara resmi di Jepang dan Tiongkok pada tanggal 17 Agustus 2025. Banyak negara lain juga akan menyusul.
Amerika Tidak Tinggal Diam
Amerika tidak hanya menolak QRIS, tetapi juga mengeluarkan beberapa kebijakan yang dinilai tidak logis. Misalnya, tarif impor produk Indonesia ke Amerika berubah-ubah dari 32% menjadi 19%. Hal ini terkesan tidak konsisten dan bergantung pada situasi tertentu.
Indonesia Tidak Tinggal Diam
Tim negosiasi Indonesia telah beberapa kali melakukan kunjungan ke Amerika. Namun, hasilnya masih dalam proses penyelesaian. Masih diperlukan waktu untuk menemukan solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Kepala Negara yang Pernah Jadi Pengusaha
Kepala negara dari kedua negara ini adalah mantan pengusaha. Dalam dunia bisnis, negosiasi adalah salah satu seni penting. Sebagai rakyat biasa, kita tentu tidak ingin ketegangan antar negara ini berdampak buruk kepada masyarakat di masa depan.
Mari kita dukung pemerintah dalam upaya menyelesaikan masalah ini. Dengan kerja sama yang baik, semoga perang dompet digital ini bisa segera selesai tanpa mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat.